Penurunan kualitas sumberdaya air
kini semakin terasa di banyak daerah di tanah air dengan semakin sering
dirasakannya kelangkaan air dan bencana yang berkaitan dengan sumberdaya air.
Penyebab keadaan tersebut di atas ditenggarai berasal dari dua hal yaitu :
perubahan drastis pola tutupan lahan dan perubahan iklim global. Tampaknya,
interaksi kedua penyebab di atas pada suatu tempat akan mengakibatkan bencana
semakin sering dan semakin berat.
Daerah yang sangat rawan terhadap
permasalahan dan bencana air adalah daerah berpenduduk padat, terutama di Pulau
jawa. Cekungan Bandung merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang paling
berkembang dan padat penduduk. Selama tiga dekade terakhir, bagian terendah
cekungan ini mengalami banjir tahunan yang semakin parah. Secara alami bagian
dasar cekungan ini berbentuk rawa-rawa yang umum dimanfaatkan untuk lahan
persawahan dan perikanan. Sejak 30 tahun yang lalu, perluasan area pemukiman
dan industri berkembang dengan cepat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan
aktivitas ekonomi. Penyebab penting lain terjadinya banjir adalah tingginya
perubahan tutupan lahan di wilayah hulu yang mengakibatkan besarnya luah sungai
setiap adanya hujan. Penyebab penting lainnya adalah adanya penyempitan Saluran
Citarum di Curug Jompong, ketika saluran melalui daerah batuan intrusif.
Upaya yang telah dilakukan Pemerintah
Daerah dalam pencegahan dan penanggulangan banjir telah diakukan dengan
penyodetan beberapa ruas saluran sungai, pembuatan tanggul, pelurusan sungai
dan lain-lain. Sejauh ini, hasil yang diharapkan hanya memecahkan sebagian
masalah dan bersifat sementara. Masalah selalu kembali berulang setelah dua
atau tiga tahun proyek penanggulangan banjir selesai, atau berpindah ke tempat
lain.
Dengan kondisi seperti di atas, maka
penyelesaian tuntas masalah banjir di Cekungan Bandung tidak akan bisa
ditanggulangi, karena memang daerah ini adalah daerah banjir berkala. Upaya
yang bias dilakukan adalah bagaimana agar banjir yang terjadi tidak menimbulkan
kerugian, bahkan lebih baik lagi apabila kita bias mengambil manfaat dari
banjir tahunan. Untuk keperluan ini maka hal yang perlu diketahui pertama-tama
adalah berapa jumlah air yang harus dikendalikan setiap kali terjadi banjir.
Setelah besaran ini diketahui maka perencanaan untuk penaggulangannya akan bisa
disusun dengan lebih mudah dan terarah.
Seiring dengan jumlah penduduk dan
aktivitas ekonomi yang terus meningkat, keadaan di masa mendatang diperkirakan
akan lebih memburuk apabila tidak segera diambil langkah- langkah perbaikan.
Upaya yang perlu dilakukan untuk meminimalkan kerugian akibat banjir dan
kekeringan adalah pengendalian air larian/genangan pada musim hujan yang
sekaligus harus merupakan juga upaya untuk menyimpan persediaan air pada musim
kemarau. Kedua fungsi pengendalian dan penyimpanan ini secara alami biasa
dilakukan oleh tegakan hutan. Tetapi mengingat pada saat ini jumlah luasan
hutan semakin menyusut dan kebutuhan masyarakat akan lahan meningkat pula, maka
hutan dan tutupan vegetasi lainnya hanya akan memenuhi sebagian dari fungsi
ini, sedangkan sebagian lainnya harus dipenuhi oleh upaya struktur (bangunan)
buatan, seperti misalnya sumur resapan, kolam penampungan, dsb. Agar fungsi
pengendalian dan penyimpanan ini berlangsung dengan baik, maka setiap upaya
teknis bagi pengimbuhan dan pengendalian aliran air harus dilaksanakan pada
tempat dan dengan ukuran yang cocok, sehingga dapat berfungsi dengan optimal
dan di lain fihak tidak bersifat
memboroskan lahan. Pertimbangan ini
penting karena pada saat ini prosentase lahan terbangun di Cekungan Bandung
sudah relatif tinggi.
Sampai saat ini, telah dilakukan
pengumpulan data iklim untuk seluruh daerah penelitian. Secara spasial, telah
terkumpul catatan 13 stasiun curah hujan daerah penelitian yang diperoleh dari
BMKG dan PT. Indonesia Power. Dari stasiun hujan yang berhasil dihimpun
datanya, terdapat dua stasiun yang memliki seri data yang cukup panjang, yaitu
stasiun Cemara di Kota Bandung dan stasiun Lembang. Analisis kecenderungan
hanya dapat dilakukan terhadap data yang diperoleh dari kedua stasiun di atas.
Banjir hanya terjadi apabila curah hujan yang turun cukup besar, biasanya pada
saat- saat curah hujan maksimum dalam setiap tahunnya. Untuk mengetahui
kecenderunngan perkembangan banjir di masa mendatang, analisis dilakukan
terhadap curah hujan tahunan total, intensitas harian dan intensitas maksimum
harian.
Tabel dan hasil perhitungan bisa dilihat disini =D
Tabel dan hasil perhitungan bisa dilihat disini =D
Nama dan NRP ya dik?
ReplyDeleteData dan analisanya ditampilkan ya dik?
NICKY HARIS SEPTIAN
Delete3112030065